Revolusi Lapas : Cetak Tenaga Kerja dari Balik Jeruji

Berita38 Dilihat
banner 468x60

Jakarta, Berita Nusantara 89. Menteri Imipas menyatakan bahwa lebih dari 280 ribu warga binaan lapas di Indonesia harus menjadi tenaga kerja yang produktif. Hal itu beliau tegaskan saat melakukan kunjungan kerja ke lembaga pemasyarakatan di Jawa Timur. Program sebagai bagian dari upaya mengoptimalkan peran pembinaan terhadap narapidana.

Dalam kesempatan itu, menteri menyampaikan bahwa hampir seluruh penghuni lapas saat ini berada dalam usia produktif. Menurutnya, hal ini merupakan potensi besar yang tidak boleh kita sia-siakan. Oleh sebab itu, pembinaan harus mengarah pada pemberdayaan ekonomi. Selanjutnya dengan penguatan keterampilan agar mereka siap kembali ke masyarakat setelah masa hukuman berakhir.

banner 336x280

Fokus Warga Binaan Lapas pada Pelatihan dan Kegiatan Ekonomi

Dalam kunjungannya, menteri meninjau berbagai kegiatan pelatihan oleh warga binaan. Kegiatan produktif mulai dari pertanian edamame dan kubis, peternakan ayam dan sapi, hingga pelatihan menjahit. Ia mengapresiasi kinerja lembaga pemasyarakatan dalam memberikan pelatihan yang konkret dan aplikatif.

Lapas tersebut juga menjalankan program asimilasi berbasis edukasi dengan nama SAE (Sarana Asimilasi dan Edukasi). Program ini mencakup pelatihan kerja, keterampilan usaha mandiri, dan pendampingan psikologis. Bahkan, fasilitas konveksi yang tersedia di lapas itu sudah lebih dari 100 unit mesin jahit. Hal ini sebagai bentuk dukungan nyata terhadap industri dalam lapas.

Kolaborasi Lintas Pihak

Menteri juga mengajak pemerintah daerah dan sektor swasta untuk terlibat dalam program reintegrasi warga binaan. Ia menekankan pentingnya menciptakan peluang kerja yang terbuka bagi mantan narapidana. Peluang ini agar mereka tidak kembali melakukan pelanggaran hukum karena kesulitan ekonomi atau diskriminasi sosial.

Pemerintah pusat telah membuka ruang bagi para kepala daerah untuk menjalin kemitraan dengan lapas. Kemitraan dalam bentuk pelatihan kerja, bantuan modal, maupun penyerapan tenaga kerja eks-warga binaan. Tujuannya adalah menciptakan sistem pembinaan terpadu yang mampu mencetak individu mandiri dan berdaya saing.

Warga Binaan Lapas Mayoritas Usia Produktif, Aset Bangsa

Berdasarkan data terkini, lebih dari 98 persen penghuni lembaga pemasyarakatan saat ini berusia produktif, yakni antara 18 hingga 55 tahun. Dengan usia yang masih prima, mereka masih memiliki potensi besar untuk berkembang di berbagai sektor setelah menjalani masa pidana.

Dengan pendekatan yang tepat, pemerintah berharap warga binaan tidak hanya menjalani hukuman. Tetapi juga memperoleh kesempatan kedua untuk memperbaiki hidup dan berkontribusi bagi negara.

Rehabilitasi yang Inklusif dan Berkelanjutan

Melalui program pembinaan yang inklusif dan berkelanjutan, lembaga pemasyarakatan kini mengarah untuk menjadi pusat pelatihan kerja dan pendidikan vokasi. Setiap kegiatan ini untuk memberi nilai tambah dan memperkuat kemampuan personal maupun sosial warga binaan.

Upaya ini sejalan dengan agenda besar pembangunan nasional yang menempatkan sumber daya manusia sebagai kunci kemajuan. Menteri menegaskan bahwa lapas bukan lagi sekadar tempat menjalani hukuman, melainkan juga ruang tumbuh untuk individu yang siap kembali dengan kompetensi dan mentalitas baru.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *