Ponorogo, Berita Nusantara 89. – Mahasiswa Program Studi Administrasi Publik melakukan kunjungan lapangan ke Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. Kunjungan ini memberikan wawasan berharga mengenai bagaimana sebuah desa terpencil mampu memimpin transformasi digital berbasis inisiatif lokal dan kepemimpinan visioner, Kamis (19/6/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Desa Grogol, Jalu Prasetyo dan Ketua Tim Kreatif desa, Pandu, memaparkan secara komprehensif perjalanan digitalisasi di Desa Grogol.
Digitalisasi Desa sejak 2020
Transformasi digital di Desa Grogol berangkat dari tekad Kepala Desa sejak 2020. Tidak hanya mengharapkan program pusat atau bantuan instansi luar, langkah ini yang mendasari semangat dan kepedulian kepala desa untuk membawa perubahan.
“Digitalisasi itu bukan soal seberapa canggih alatnya, melainkan soal kemauan untuk berubah dan membangun,” tegas Jalu Prasetyo di hadapan mahasiswa saat sesi dialog terbuka,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa sempat terjadi pro dan kontra di awal, tetapi berkat pendekatan humanis dan prinsip gotong royong, warga akhirnya mau menerima perubahan.
Lebih jauh, Kepala Desa Jalu Prasetyo menegaskan bahwa inisiatif ini lahir dari panggilan hati dan komitmen untuk memajukan desa.
“Pada awalnya, kami gunakan dana pribadi. Jika hanya menunggu anggaran turun, kami hanya akan menjadi penonton. Kami harus berani bergerak dulu, baru bisa dipercaya,” jelasnya.
Pandu, ketua tim kreatif desa, tim telah menyusun Master Plan Digital Desa. Rencana ini mencakup pengelolaan data, pelayanan publik, pengembangan ekonomi, hingga promosi potensi desa secara terpadu dan berkelanjutan.
Salah satu langkah awal ialah mendata seluruh warga secara sistematis. Kolaborasi bersama BPS dan KPU, yang melengkapi pendataan manual perangkat desa. Informasi kemudian masuk dalam Sistem Informasi Desa Digital. Dengan capaian ini, Grogol berhasil masuk kategori Desa Digital tipe “Metropolis”, yakni desa yang memiliki layanan publik dan pengelolaan data berbasis teknologi.
Dampak Positif Untuk Masyarakat
Selain itu, contoh nyata keberhasilan digitalisasi tampak di sektor pasar desa. Dulu, pasar desa rawan pungutan liar dan minim transparansi. Kini, pengelolaan pasar berlangsung secara digital. Retribusi tahunan lapak pedagang sebesar Rp600.000 per lapak masuk langsung ke Pendapatan Asli Desa (PAD) dan tercatat dalam sistem digital. Semua orang bisa mengakses transaksi secara daring di website resmi desa https://grogol-sawoo.desa.id/spd.
“Selain pasar, Desa Grogol juga menghadirkan mesin anjungan mandiri di kantor desa. Warga bisa mencetak surat keterangan secara cepat tanpa harus mengantre. Desa bahkan tengah mempersiapkan layanan “Tanya Dokter” berbasis konsultasi daring, mirip HaloDoc, untuk memudahkan warga berkomunikasi langsung dengan tenaga medis setempat,” ujar Pandu.
Menurutnya, semangat generasi muda desa juga ikut mendukung transformasi. Tim kreatif Desa Grogol, ia berperan dalam membuat konten promosi desa, mengelola media sosial, hingga membantu UMKM memasarkan produk secara digital
“Salah satu event unggulan mereka adalah Selan Agung, festival budaya dan ekonomi tahunan Desa Grogol yang kini diakui sebagai agenda resmi Kabupaten Ponorogo. Melalui sentuhan kreatif dan literasi digital, warga desa semakin percaya diri dan mampu beradaptasi dengan teknologi,” pungkasnya.
(Edy Prayitno – Mahasiswa Universitas Merdeka Malang PDKU Ponorogo Prodi Administrasi Publik)