Jakarta, Berita Nusantara 89. Isu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di PT Gudang Garam Tbk (GGRM) tengah ramai menjadi perbincangan publik. Video perpisahan para pekerja yang viral di media sosial semakin menambah sorotan. Di balik kabar itu, kinerja keuangan salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia ternyata mengalami penurunan tajam sepanjang semester pertama 2025.
Perusahaan hanya mampu mencatat laba bersih sekitar Rp117 miliar pada semester I 2025. Angka ini turun drastis hingga 87 persen banding periode sama tahun lalu yang masih mencapai Rp925 miliar. Capaian tersebut bahkan menjadi yang terendah dalam lima tahun terakhir untuk laporan semester pertama Gudang Garam.
Beban Operasional dan Pajak Rokok Jadi Tekanan
Selain laba bersih, pendapatan perusahaan juga mengalami penurunan signifikan. Pada semester I 2025, pendapatan tercatat Rp44,36 triliun, turun lebih dari 11 persen vs periode sama tahun sebelumnya. Dampaknya terasa langsung pada laba kotor yang merosot sekitar 25 persen, hanya menyisakan sekitar Rp3,78 triliun. Kondisi ini menggambarkan bahwa beban operasional yang tinggi tidak terimbangi dengan pertumbuhan penjualan yang memadai.
Salah satu penyebab utama melemahnya kinerja Gudang Garam adalah tingginya beban pokok pendapatan. Meski sempat turun sekitar 9 persen menjadi Rp40,58 triliun, komponen beban tersebut masih terdominasi oleh pita cukai, PPN, dan pajak rokok yang porsinya lebih dari 80 persen. Tekanan fiskal ini membuat perusahaan sulit meningkatkan margin keuntungan.
Margin laba usaha pun terkoreksi dalam, anjlok lebih dari 60 persen dari tahun sebelumnya. Catatan margin laba usaha kuartal kedua hanya berkisar 2–3 persen, jauh di bawah standar ideal industri. Hal ini menandakan bahwa strategi efisiensi oleh perusahaan belum mampu menahan tekanan dari biaya cukai yang terus meningkat.
Sentimen Pasar dan Prospek Saham GGRM
Pelemahan kinerja juga berdampak pada pergerakan saham GGRM di bursa. Banyak analis menilai tren saham Gudang Garam cenderung bearish. Rekomendasi jual pun mulai bermunculan, dengan target harga berada di kisaran Rp7.800 hingga Rp8.100 per saham. Tekanan harga ini mencerminkan pesimisme investor terhadap prospek jangka pendek perusahaan.

Selain faktor internal, industri rokok secara keseluruhan juga tengah menghadapi tantangan besar. Melemahnya daya beli masyarakat, pergeseran gaya hidup, hingga kebijakan kenaikan cukai berpotensi menekan kinerja hingga akhir tahun. Tanpa strategi inovasi yang kuat, Gudang Garam bisa terus terjebak dalam tren penurunan.
Ringkasan Kinerja Gudang Garam Semester I 2025
- Pendapatan: Rp44,36 triliun (turun lebih dari 11 persen)
- Laba kotor: Rp3,78 triliun (turun 25 persen)
- Laba bersih: Rp117 miliar (turun 87 persen)
- Margin laba usaha: anjlok hingga 2–3 persen
- Sentimen saham: rekomendasi jual dari sejumlah analis