Surabaya, Berita Nusantara 89. Kericuhan massa di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, berujung pada kebakaran hebat yang melanda bangunan bersejarah tersebut. Api mulai terlihat pada sisi barat gedung sekitar pukul 21.20 WIB setelah massa melemparkan bom molotov. Dalam hitungan menit, kobaran api meluas dan merusak sejumlah ruangan penting.
Molotov Jadi Pemicu Kebakaran Grahadi
Menurut keterangan petugas di lokasi, api pertama kali membesar di area ruang wartawan, biro umum, serta biro rumah tangga. Asap hitam pekat membubung tinggi dan terlihat hingga kawasan pusat kota. Suasana mencekam semakin parah dengan ledakan-ledakan kecil yang terdengar dari dalam gedung.
Kericuhan ini merupakan puncak dari aksi demonstrasi yang sudah berlangsung dua hari terakhir. Massa yang semula berorasi dengan damai berubah anarkis ketika negosiasi dengan aparat tidak menemukan titik temu.
Gubernur Khofifah Turun ke Lokasi
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, turun langsung ke lokasi untuk meredam aksi massa. Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil. Meski api sudah berkobar, ribuan massa masih bertahan di depan Grahadi dan terus melontarkan yel-yel. Situasi semakin sulit karena sebagian demonstran justru semakin berani mendekati pagar gedung.
Penjarahan Grahadi Setelah Kebakaran
Tidak hanya kebakaran, aksi anarkis penjarahan juga mewarnai demonstrasi. Beberapa demonstran berhasil masuk ke dalam gedung dan membawa keluar barang-barang seperti meja, kursi, printer, kasur, hingga karpet. Barang-barang tersebut kemudian mereka tinggalkan begitu saja di sekitar Jalan Basuki Rahmat.
Fenomena ini memperburuk citra aksi unjuk rasa yang sebelumnya bertujuan menyuarakan aspirasi. Penjarahan ini sebagai tindakan kriminal yang mencederai semangat demokrasi.
Hingga dini hari, api berhasil padam oleh petugas pemadam kebakaran dengan bantuan Satpol PP serta relawan. Meski begitu, kerusakan cukup parah. Beberapa bagian gedung, termasuk ruang kerja wakil gubernur dan ruang wartawan, hangus terbakar. Selain itu, sejumlah fasilitas biro umum dan rumah tangga juga hancur.
Kerusakan ini membutuhkan waktu lama untuk perbaikan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur langsung melakukan inventarisasi kerugian dan menyiapkan langkah darurat agar aktivitas administrasi tetap berjalan.
Peristiwa terbakarnya Gedung Negara Grahadi memicu keprihatinan publik. Banyak pihak menilai aksi unjuk rasa seharusnya tetap berjalan damai, bukan berujung pada perusakan fasilitas negara. Simbol kenegaraan seperti Grahadi seharusnya menjaganya bersama karena memiliki nilai historis sekaligus fungsi penting dalam pemerintahan daerah.
Para pengamat politik menekankan perlunya evaluasi sistem keamanan di fasilitas publik strategis. Aparat agar lebih sigap dalam mengantisipasi potensi kerusuhan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.