Sidoarjo, Berita Nusantara 89. Proses evakuasi korban musala Ambruk Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, terus berlangsung. Tim gabungan kembali menemukan satu jasad baru, sehingga jumlah korban meninggal dunia kini meningkat menjadi lima orang, 01/09/2025.
Direktur Operasi Basarnas, Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, menjelaskan bahwa tujuh orang berhasil evakuasi dalam operasi terbaru. Dari jumlah tersebut, dua korban Musala ambruk meninggal dunia, sementara sisanya selamat meski mengalami luka.
Salah satu korban selamat bernama Syahlendra Haical dari zona A1 dekat pintu masuk. Tim langsung membawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan intensif. Sementara itu, di sektor A4, tim menemukan korban bernama Muhammad Wahyudi, Al Fatih, serta satu jasad lain yang belum teridentifikasi. Dua korban selamat lainnya, Taufah Saputra dan Saiful Rozi, juga berhasil keluar dari timbunan beton.
Korban Tewas Musala Ambruk Bertambah
Dengan penemuan terbaru ini, jumlah total korban tewas akibat ambruknya bangunan ponpes mencapai lima orang. Sementara itu, hingga hari ini, total 107 korban telah berhasil terevakuasi dari reruntuhan. Korban meninggal di RS Siti Hajar untuk proses identifikasi tim DVI, sedangkan korban selamat di RSUD Notopuro.
Hingga kini, Basarnas mencatat ada 15 titik korban di bawah reruntuhan. Dari jumlah tersebut, delapan titik menunjukkan kondisi tidak responsif atau berstatus ‘warna hitam’, sedangkan tujuh titik lain masih menunjukkan tanda vital. Namun, jumlah korban meninggal yang sudah terkonfirmasi lima orang
Insiden memilukan itu terjadi ketika bangunan tiga lantai ponpes ambruk pada saat proses pengecoran lantai atas. Saat kejadian, ratusan santri sedang melaksanakan salat Ashar berjamaah di lantai bawah. Reruntuhan material langsung menimpa mereka yang berada di dalam bangunan.
Investigasi awal mengungkap bahwa ponpes tersebut tidak memiliki izin mendirikan bangunan. Awalnya perencanaan bangunan hanya untuk satu lantai, namun kemudian menjadi tiga lantai tanpa perhitungan struktur memadai. Akibatnya, konstruksi tidak mampu menahan beban tambahan saat pengecoran.
Dugaan Kelalaian Pembangunan
Pengurus pondok dan pihak kontraktor kini menjadi sorotan. Para ahli menilai kelalaian dalam perencanaan dan pengawasan proyek menjadi penyebab utama runtuhnya bangunan. Aktivitas belajar dan ibadah tetap berlangsung di bawah bangunan saat pekerjaan pengecoran, sehingga risiko semakin besar.
Menteri Agama menyampaikan keprihatinannya dan menegaskan bahwa kasus ini harus menjadi pelajaran. Ia menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap pembangunan fasilitas pendidikan, terutama pondok pesantren, agar kejadian serupa tidak terulang.
Tantangan Evakuasi Korban
Petugas berfokus pada 72 jam pertama pascakejadian, yang dianggap sebagai waktu emas penyelamatan. Tim juga berusaha menyalurkan oksigen dan logistik kepada korban yang masih hidup di bawah puing.
Tragedi ini menjadi peringatan keras tentang pentingnya standar keselamatan dalam pembangunan fasilitas pendidikan. Selain itu, koordinasi antara pengelola pondok, kontraktor, dan pemerintah daerah harus diperkuat. Harapannya, kejadian tragis ini tidak terulang di masa depan dan keselamatan santri selalu terjamin.