Superbank Siap Melantai di Bursa, Targetkan 3 Trilyun

Berita, Bisnis, Ekonomi176 Dilihat

Jakarta, Berita Nuantara 89. Rencana Superbank untuk melakukan penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia mulai menjadi perhatian besar pelaku pasar. Bank digital yang berada dalam ekosistem Emtek, Grab, Singtel, dan KakaoBank ini memiliki ambisi kuat untuk memperkuat posisinya di industri perbankan digital nasional.

Langkah IPO ini dapat menghimpun dana hingga triliunan rupiah menjadi sinyal bahwa Superbank tengah bersiap mengakselerasi pertumbuhan bisnisnya.

Informasi yang beredar menunjukkan bahwa Superbank berencana melepas lebih dari 4,4 miliar saham baru atau sekitar 13 persen dari total modal setelah IPO. Harga penawaran yang berada pada rentang menengah, yakni Rp525 hingga Rp695 per lembar. Jika seluruh saham terserap pasar, maka Superbank berpotensi meraih dana segar sekitar Rp3,06 triliun. Nilai ini cukup besar bagi sebuah bank digital yang baru memasuki fase pertumbuhan agresif dalam dua tahun terakhir.

Penggunaan Dana IPO Superbank : Fokus ke Kredit dan Teknologi

Dari total target dana, sekitar 70 persen sebagai modal kerja untuk memperbesar penyaluran kredit, terutama ke sektor konsumtif dan usaha kecil. Sementara sisanya alokasi pada pengembangan teknologi, infrastruktur digital, serta peningkatan keamanan sistem. Strategi ini sejalan dengan model bisnis bank digital yang bertumpu pada inovasi layanan dan efisiensi proses.

Pihak internal menyebut bahwa Superbank ingin memperkuat fondasi teknologi agar pengalaman pengguna semakin baik, sekaligus memastikan operasional kredit dapat berjalan lebih cepat, efisien, dan aman. Dengan karakter bank yang sangat mengandalkan platform digital, alokasi dana untuk belanja modal menjadi langkah krusial dalam menjaga daya saing di tengah pasar bank digital yang semakin kompetitif.

Struktur Pemegang Saham : Ada Raksasa Ekosistem Digital Asia

Superbank bukanlah bank digital kecil yang berdiri sendiri. Sejak awal, bank ini memiliki dukungan dari sejumlah perusahaan teknologi besar. Emtek menjadi pemegang saham terbesar dengan porsi sekitar sepertiga kepemilikan. Selain itu, terdapat Grab melalui anak usahanya, yang memberikan dukungan kuat dari sisi ekosistem transportasi dan finansial.

Tak hanya itu, GXS Bank, KakaoBank, Singtel, dan beberapa pemegang saham strategis lain turut memperkuat komposisi kepemilikan. Kolaborasi ekosistem ini memberikan keunggulan tersendiri karena memungkinkan Superbank untuk memperoleh basis pengguna yang masif melalui platform Grab dan layanan pembayaran digital seperti OVO.

Integrasi tersebut menjadi modal penting bagi Superbank dalam menjangkau segmen masyarakat yang selama ini sulit terlayani bank konvensional. Dengan model “digital-first”, Superbank dapat memanfaatkan perilaku pengguna yang semakin terbiasa dengan layanan cepat, mudah, dan mobile.

Kinerja Keuangan: Dari Merugi Menjadi Mencetak Laba

Laporan keuangan kuartal III 2025 menunjukkan perubahan signifikan dalam perjalanan kinerja Superbank. Pada periode ini, Superbank berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi mencatat laba bersih sekitar Rp60 miliar. Ini merupakan titik penting mengingat tahun sebelumnya, bank masih berada dalam zona merah.

Pendapatan bunga bersih melonjak drastis menjadi sekitar Rp1,1 triliun, tumbuh lebih dari 170 persen secara tahunan. Pertumbuhan oleh penyaluran kredit yang semakin agresif dan pengelolaan dana yang lebih efisien. Di sisi lain, total aset Superbank menanjak hingga Rp16,5 triliun, meningkat sekitar 70 persen versus periode yang sama tahun lalu.

Kinerja Dana Pihak Ketiga (DPK) juga menunjukkan perkembangan pesat. DPK Superbank mencapai hampir Rp10 triliun, yang berarti tumbuh lebih dari dua kali lipat dari sebelumnya. Ini menjadi indikasi kuat bahwa kepercayaan nasabah terhadap layanan Superbank semakin meningkat.

Efisiensi Operasional Membaik

Superbank berhasil menekan rasio biaya terhadap pendapatan (Cost-to-Income Ratio/CIR) menjadi sekitar 70 persen. Meski angkanya masih relatif tinggi, penurunan ini menunjukkan bahwa operasional bank semakin efisien. Selain itu, margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) terjaga pada angka lebih dari 10 persen, menandakan profitabilitas kredit yang cukup baik.

Kualitas kredit pun tergolong sehat. Rasio kredit bermasalah (NPL gross) berada di bawah 3 persen, dengan NPL net lebih dari 1 persen. Angka ini menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit Superbank masih berada dalam batas risiko yang dapat terkendali.

Loan-to-Deposit Ratio (LDR) berada pada kisaran lebih dari 90 persen, yang mencerminkan penyaluran kredit yang agresif namun tetap proporsional dengan dana pihak ketiga yang berhasil terkumpul.

Ekspansi Pengguna Digital

Integrasi dengan ekosistem Grab dan OVO membuat jumlah pengguna Superbank meningkat cepat. Pada kuartal III 2025, jumlah nasabah digital tercatat melebihi 5 juta, naik hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Strategi memanfaatkan pengguna Grab dan sistem pembayaran digital menjadi salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan pesat ini.

Transaksi harian juga meningkat lebih dari 40 persen dari kuartal sebelumnya. Hal ini menunjukkan peningkatan adopsi layanan perbankan digital oleh masyarakat serta keberhasilan Superbank menciptakan pengalaman pengguna yang lebih mudah dan cepat.

Tantangan Menuju IPO: Transparansi dan Risiko Kredit

Meski prospeknya mencorong, proses menuju IPO masih ada sejumlah tantangan. Salah satu yang menjadi perhatian adalah minimnya komentar manajemen terkait rencana ini. Sejumlah pihak menilai sikap hati-hati tersebut masih menemukan ruang untuk ditafsirkan sebagai langkah menunggu kesiapan regulasi atau proses internal.

Selain itu, beban biaya operasional dan beban penurunan nilai aset masih menjadi catatan yang perlu kewaspadaan. Walaupun pendapatan bunga meningkat, risiko kredit tetap harus dengan cermat mengingat pertumbuhan kredit yang sangat cepat rentan terhadap kualitas aset yang menurun di masa depan.

Pengamat menilai bahwa pertumbuhan pesat harus dengan kontrol risiko yang kuat agar tidak mengganggu stabilitas kinerja jangka panjang. Terlebih, pasar perbankan digital di Indonesia semakin ramai dengan kehadiran banyak pemain baru.

Jika IPO berjalan sesuai rencana, Superbank berpotensi menjadi salah satu bank digital dengan valuasi besar di Indonesia. Dana dari pasar modal akan menjadi modal penting untuk meningkatkan kapasitas bisnis dan memperluas layanan digitalnya kepada jutaan pengguna baru.

Dengan kinerja keuangan yang membaik, dukungan ekosistem besar, serta strategi ekspansi yang agresif namun terukur. Superbank berada pada jalur pertumbuhan yang solid. Namun, para calon investor tetap harus mempertimbangkan aspek risiko, termasuk beban biaya dan konsistensi manajemen dalam menjaga kualitas aset.

Rencana IPO ini bukan sekadar langkah penggalangan modal, tetapi menjadi fase penting yang dapat menentukan arah masa depan Superbank sebagai salah satu bank digital besar di Indonesia. Jika seluruh strategi tereksekusi tepat, Superbank dapat menjadi contoh sukses transformasi industri perbankan menuju era digital.

Tinggalkan Balasan