Gaza, Berita Nusantara 89. Di tengah skema gencatan senjata yang tengah berjalan, Israel melakukan tiga serangan udara ke wilayah Gaza. Ini memunculkan kekhawatiran tinggi akan terjadinya eskalasi kembali konflik. Serangan ini oleh militer Israel sebagai tindakan terhadap sasaran kelompok bersenjata di Gaza.
Menurut pernyataan dari pihak militer Israel, serangan udara tersebut menargetkan tiga lokasi yang sebagai markas atau situs operasional kelompok bersenjata di Gaza. Meski gencatan senjata sedang berlaku, Israel mengklaim bahwa serangan itu merupakan tanggapan atas insiden yang melibatkan pelanggaran gencatan senjata oleh Hamas.
Netanyahu Perintahkan Serangan, Tuduh Hamas Langgar Gencatan Senjata
Israel menuduh Hamas merencanakan dan mengubur kembali jenazah sandera yang tersisa. ” Hamas berbohong. Mereka tahu di mana para sandera. Rekayasa penggalian bukan hanya bentuk penyiksaan, pelanggaran. Ini membahayakan kami, ” menurut Kementerian Luar Negeri Israel, melansir Al Jazeera, Selasa, (28/10/2025).
Pemerintah menyatakan bahwa gencatan tidak berarti mereka akan menghentikan semua tindakan militer bila ada ancaman terhadap pasukan atau warga negaranya. Dalam situasi seperti ini, mereka menegaskan hak untuk menyerang guna mempertahankan keamanan nasional. Pemerintah Palestina dan kelompok di Gaza, sebaliknya, menyebut aksi tersebut sebagai pelanggaran gencatan senjata dan memperingatkan akan konsekuensi terhadap proses perdamaian.
“Perdana Menteri menginstruksikan militer segera melancarkan serangan dahsyat ke Jalur Gaza,” demikian pernyataan kantor PM Israel.
Belum ada laporan resmi mengenai jumlah korban jiwa atau kerusakan besar akibat tiga serangan udara tersebut. Namun, sejumlah warga Gaza melaporkan ledakan kuat dan getaran di lingkungan sekitar lokasi serangan. Beberapa pengamat menyebut bahwa serangan semacam ini dapat mengganggu ketenangan yang baru mulai terbentuk dan memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza.
Hamas Bantah Tuduhan Israel
Di sisi lain, Hamas membantah tuduhan tersebut. Kemudian menegaskan bahwa tuduhan tersebut sebagai tak berdasar dan menyesatkan opini. Selanjutnya Hamas juga menuduh Israel menghalangi pemulangan jenazah tawanan Israel. Israel menghalangi tim pencari termasuk personel Palang Merah memasuki Gaza.
Gencatan senjata sebelumhya bertujuan memberi kesempatan bagi pengiriman bantuan kemanusiaan dan pemulihan infrastruktur setelah konflik berkepanjangan. Namun, serangan udara dari Israel ini menunjukkan bahwa kondisi di lapangan masih sangat rentan dan bahwa mekanisme penghentian kekerasan belum sepenuhnya berjalan.
Serangan udara ke Gaza di tengah gencatan senjata memiliki makna strategis yang cukup luas. Israel ingin menunjukkan bahwa ia masih memiliki fleksibilitas militer meski kesepakatan damai sementara berlangsung. Kebijakan ini juga berfungsi sebagai pesan kepada kelompok bersenjata di Gaza bahwa Israel akan terus merespon ancaman.
Di sisi diplomasi, tindakan ini akan mempersulit upaya mediator internasional yang tengah bekerja untuk memperpanjang atau memperkuat gencatan senjata. Negara-negara tetangga dan organisasi internasional kemungkinan akan meningkatkan tekanan terhadap kedua pihak untuk menghormati ketentuan gencatan dan menghentikan aksi militer yang bisa memicu pertumpahan darah kembali.
Peristiwa ini menegaskan bahwa gencatan senjata masih sangat rapuh. Bila serangan militer terus berlangsung, risiko terjadinya konflik berskala besar kembali akan sangat tinggi. Situasi kemanusiaan di Gaza tetap mengkhawatirkan, dan serangan udara baru bisa memperparah kondisi warga sipil yang telah lama menderita akibat perang.
Sementara itu, masyarakat internasional dan lembaga kemanusiaan menekankan pentingnya menjaga gencatan senjata dan memastikan adanya penghormatan terhadap hak-hak warga sipil. Bila kedua belah pihak tidak mengendalikan kekerasan, maka upaya rekonstruksi dan bantuan kemanusiaan akan semakin sulit terlaksana.








