Sidoarjo, Berita Nusantara 89. Suasana mencekam menyelimuti area pondok pesantren Al Khoziny Desa Buduran, Kabupaten Sidoarjo, saat sebuah musala ambruk. Di balik reruntuhan, terdengar tangisan dan panggilan minta tolong dari korban yang masih tertimbun. Proses penyelamatan terus bergulir, melibatkan aparat daerah, relawan, dan warga sekitar.
Menurut saksi setempat, gemuruh hebat dengan getaran terasa beberapa saat sebelum bangunan runtuh. Belum lama setelah salat Asar, atap dan dinding struktur yang belum selesai itu roboh. Banyak santri ponpes Al Khoziny dan jamaah berada di dalam ruangan saat kejadian. Ketua RT wilayah menyebutkan bahwa suara tangis sempat bergema di antara puing sebelum evakuasi benar-benar mulai.
Korban Musala Ambruk : Tolong…Tolong…
Evakuasi dengan cepat meski kondisi reruntuhan menyulitkan akses menuju korban. Petugas dan relawan bekerja hati-hati menggunakan alat manual, menyisir tiap celah demi celah reruntuhan. Mereka mendengar suara “Tolong… tolong…” dari balik beton dan kayu yang hancur, menjadi petunjuk bahwa masih ada korban hidup yang menanti evakuasi.
Total ambulans yang mencapai belasan unit. Tim medis bersiaga penuh di pinggir lokasi, siap membawa korban ke rumah sakit terdekat. Warga sekitar tak tinggal diam; banyak dari mereka ikut membantu secara spontan, mengangkat material ringan atau memberikan air untuk tim penyelamat.
Hingga malam, data resmi mengenai jumlah korban masih belum pasti. Beberapa santri luka ringan dan langsung mendapat pertolongan di tempat. Sementara yang lebih parah mengirimnya ke fasilitas kesehatan setempat untuk perawatan lebih lanjut.
Kondisi emosional di lokasi cukup kuat. Air mata keluarga dan saksi bercampur dengan debu reruntuhan. Warga yang sebelumnya berdiri jauh pun ikut merapat, menyaksikan detik-detik evakuasi dengan harapan munculnya tanda kehidupan di bawah serpihan bangunan. Kepolisian telah memasang garis pembatas agar proses penyelamatan tidak terganggu oleh kerumunan massa.
Peristiwa ambruknya musala Ponpes Al Khoziny tersebut memicu sorotan serius terhadap aspek keselamatan konstruksi. Banyak pihak mengingatkan bahwa pengerjaan struktur publik, termasuk rumah ibadah, harus mematuhi standar teknis. Pengawasan di setiap tahapan pembangunan – mulai perencanaan, pemilihan material, hingga eksekusi – harus lebih ketat agar tragedi serupa tidak kembali terjadi.
Tanggung Jawab Pihak Pesantren Al Khoziny
Pihak pesantren menyatakan akan segera melakukan evaluasi internal dan penyelidikan terhadap penyebab runtuhnya bangunan. Mereka juga menjanjikan bantuan dan dukungan kepada keluarga korban. Pemerintah daerah turut menyampaikan keprihatinan mendalam dan berkomitmen memperkuat regulasi bangunan di wilayah rawan bencana.
Peristiwa ini menjadi pengingat pahit: tempat ibadah dan fasilitas pendidikan haruslah aman. Ketika struktur bahkan belum selesai pun dapat berubah menjadi bahaya. Tangisan yang bergema di reruntuhan menunjukkan bahwa nyawa masih terjepit, dan setiap detik sangat bermakna.
Evakuasi terus berjalan, dengan harapan semua korban tertimbun bisa selamat. Pemerintah, pesantren, aparat keamanan, dan masyarakat sama-sama akan menindaklanjuti kejadian ini agar tragedi ambruknya musala tidak sia-sia — menjadi pelajaran penting bagi semua pihak terkait keamanan bangunan dan keselamatan publik.