Tot Tot Wuk Wuk Mulai Hilang, Apresiasi Korlantas Polri

Berita114 Dilihat

Jakarta, Berita Nusantara 89. Upaya Polri melalui Korps Lalu Lintas (Korlantas) dalam menertibkan “Tot Tot Wuk Wuk di jalan raya mendapat apresiasi luas dari masyarakat. Budaya Tot Tot Wuk Wuk yang selama ini menjadi simbol arogansi di jalan perlahan mulai menghilang, menandai perubahan perilaku berlalu lintas yang lebih tertib dan beradab.

Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Al Washliyah (PW GPA) DKI Jakarta, Dedi Siregar, menyampaikan penghargaan tinggi kepada Kakorlantas Polri, Irjen Agus Suryonugroho, atas ketegasannya dalam membangun budaya disiplin di jalan. Menurut Dedi, sejak kebijakan penghentian pengawalan non-prioritas dan penertiban penggunaan sirene telah berjalan. Sehingga suasana jalan raya menjadi lebih nyaman dan tertib.

“Budaya Tot Tot Wuk Wuk yang dulu sering terdengar di jalan, kini hampir hilang. Tidak ada lagi kendaraan yang merasa paling penting atau paling berhak melintas dengan klakson dan sirene. Ini kemajuan besar yang patut mendapatkan apresiasi,” ujar Dedi Siregar.

Ia menilai langkah tegas Kakorlantas bukan hanya sekadar penertiban lalu lintas, tetapi juga bagian dari transformasi moral dan sosial di ruang publik. Jalan raya, kata Dedi, adalah milik bersama, sehingga semua pengguna jalan memiliki hak yang sama atas kenyamanan dan keselamatan.

Penegakan hukum oleh Korlantas bukan hanya soal aturan, tapi juga pembentukan karakter bangsa. Kita mengajak untuk saling menghormati, tidak arogan, dan tertib dalam berkendara,” lanjutnya.

Tot Tot Wuk Wuk Hilang, Warga Senang

Kebijakan tersebut berhasil karena berjalan secara konsisten, dengan pendekatan persuasif dan dukungan teknologi pengawasan lalu lintas modern. Korlantas tidak hanya menindak pelanggaran di lapangan, tetapi juga melakukan edukasi dan sosialisasi melalui berbagai kanal, termasuk media sosial.

Bagi masyarakat pengguna jalan, perubahan ini sangat terasa. Banyak warga mengaku kini lebih tenang saat berkendara karena tidak lagi terganggu oleh suara sirene atau klakson yang membabi buta. Pengendara umum juga lebih disiplin dalam mematuhi lampu lalu lintas dan marka jalan.

“Kalau dulu jalanan ramai suara sirene yang tidak jelas, sekarang lebih tertib. Polisi juga lebih tegas tapi tetap humanis,” ujar salah satu pengemudi ojek daring di Jakarta.

Bagian Dari Visi Humanis Polri

Korlantas sendiri menyambut baik apresiasi oleh masyarakat. Dalam beberapa kesempatan, Kakorlantas Irjen Agus Suryonugroho menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari visi Polri menuju pelayanan publik yang modern, humanis, dan profesional. Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara penegakan hukum dan pembinaan perilaku masyarakat.

Menurut Agus, tertib berlalu lintas bukan hanya tanggung jawab aparat, tetapi juga setiap individu pengguna jalan. “Ketika semua sadar bahwa jalan adalah ruang bersama, maka keselamatan akan menjadi budaya, bukan sekadar aturan,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Keberhasilan menekan budaya ini juga menjadi simbol bahwa masyarakat semakin sadar pentingnya etika berkendara. Banyak komunitas otomotif dan transportasi daring kini ikut terlibat dalam kampanye keselamatan jalan, mendukung visi Polri menciptakan budaya berlalu lintas yang lebih manusiawi.

Para pengamat lalu lintas menilai langkah ini sebagai momentum penting dalam pembentukan peradaban berkendara di Indonesia. Transformasi perilaku ini tidak hanya menekan angka pelanggaran, tetapi juga meningkatkan rasa saling menghormati di antara pengguna jalan.

Meski demikian, tantangan ke depan masih besar. Dedi Siregar menekankan perlunya konsistensi dalam penegakan aturan dan edukasi publik agar perubahan positif ini tidak bersifat sementara. Ia juga mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam melaporkan pelanggaran dan mendukung program keselamatan jalan Polri.

Dengan dukungan semua pihak, agar budaya tertib berlalu lintas dapat terus tumbuh dan mengakar kuat. Hilangnya budaya ini bukan sekadar soal mengurangi suara sirene, melainkan simbol lahirnya kesadaran baru bahwa keselamatan di jalan adalah tanggung jawab bersama.