Kudatuli : Hari Ini 29 Tahun Yang Lalu

Sejarah dan Hal Hal Yang Kita Ketahui

Berita, Politik41 Dilihat

Jakarta, Berita Nusantara 89. Kudatuli, merujuk pada peristiwa 27 Juli 1996. Situasi politik nasional panas setelah rusuh di kantor PDI, jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Serangan ini memicu kerusuhan besar dan menjadi salah satu peristiwa penting yang membentuk arah gerakan reformasi di Indonesia.

Pagi hari sekitar pukul 05.00 WIB, sekelompok massa berseragam merah datang menggunakan truk dan langsung menyerbu kantor DPP PDI yang saat itu terdapat pendukung Megawati Soekarnoputri. Massa penyerang merangsek masuk, merobohkan pagar, dan memaksa masuk ke dalam gedung sambil membawa senjata tajam, pentungan, dan benda tumpul lainnya.

Pendukung Megawati yang saat itu berjaga tidak tinggal diam. Bentrokan langsung terjadi di halaman dan ruang dalam kantor. Massa loyalis mencoba mempertahankan markas, namun kalah jumlah dan persenjataan. Masa penyerang merusak, membakar, dan menguasai sepenuhnya kantor PDI. Arsip, dokumen, dan atribut partai hancur. Darah tercecer di lantai gedung, menunjukkan betapa brutalnya kekerasan yang terjadi pagi itu.

Setelah menguasai gedung, situasi tak kunjung mereda. Kerusuhan justru meluas ke kawasan Salemba, Matraman, hingga Cikini. Ribuan massa turun ke jalan, sebagian membalas dengan membakar gedung dan kendaraan yang berafiliasi dengan kekuasaan. Sejumlah kantor, showroom, dan gedung pelayanan publik ikut menjadi sasaran amuk. Api membubung tinggi di beberapa titik ibu kota, membuat Jakarta berubah menjadi kota dengan nuansa mencekam.

Pasukan keamanan yang turun ke lapangan mencoba mengendalikan massa dengan gas air mata dan tembakan peringatan. Kendaraan taktis seperti panser dan water cannon terjun untuk membubarkan kerumunan. Namun, perlawanan dari warga tak langsung mereda. Sebagian massa bertahan hingga malam hari.

Kudatuli : Ratusan Korban Luka, Hilang Hingga Tewas

Dari data saat itu, lima orang tewas, lebih dari seratus luka-luka, dan puluhan orang hilang. Aparat menangkap banyak aktivis dan simpatisan partai, termasuk yang berasal dari kelompok mahasiswa dan buruh. Beberapa bahkan mendapatkan hukuman berat dengan tuduhan makar dan penghasutan, meski mereka tidak terbukti secara langsung menjadi pelaku kerusuhan.

Beberapa tahun kemudian, fakta baru terungkap. Serangan terhadap kantor PDI ternyata setelah rapat internal yang melibatkan elemen militer dan pihak-pihak tertentu yang menginginkan pergantian kepemimpinan partai. Operasi yang rapi dan menargetkan pengambilalihan paksa, menggunakan massa tandingan yang telah siap sebelumnya.

Peristiwa 27 Juli, yang kemudian kita kenal sebagai Kudatuli (Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli), menjadi pemantik gelombang protes terhadap kekuasaan otoriter yang saat itu masih bercokol. Aksi solidaritas dari mahasiswa dan kelompok sipil semakin gencar, membentuk kesadaran politik yang pada akhirnya memuncak dalam gerakan reformasi dua tahun setelahnya.

Kini, kita mengenang Kudatuli sebagai tragedi sekaligus simbol perlawanan terhadap manipulasi politik dan represi negara. Setiap tahun, keluarga korban dan aktivis memperingati kejadian ini sebagai refleksi atas perjuangan panjang menuju demokrasi yang lebih adil.